Rabu, 18 Mei 2016

(18 Mei 2016 / 07.24 AM)
kembali lagi bersama secangkir kopi tapi tak panas
udara sedang menggerah, kopi dingin tentu lebih nikmat.


Aku benar-benar habis, tak menyisa dihidupmu
Di udara pagi yang kau hirup
Di dinginnya hujan yang kau hadang
Di kantukmu yang sengaja kau tahan
Di kemilaunya bintang yang kau pandang
Diejaan kalimat yang kau baca
Tak ada secercah tentang aku lagi pada hari yang kau lalui itu
Membuat raga terasa mematah bersamaan dengan kepergianmu
Aku... masa silammu yang memadam

Rachman, 16 Mei 2016.


Hari terasa begitu memburuk
Setelah melihat kepergianmu
Tergerai air yang mencurah dipelupuk
Karena tak hentinya meratapimu
Ingin rasanya tubuh dipeluk
Sebab tak kuat menahan pilu
Aku terpuruk
Kau malah berlalu

Rachman, 17 Mei 2016.





Kamis, 12 Mei 2016

-Tubuhku melemah
dadaku sesak
jantungku menggebu-gebu begitu cepat
diwaktu yang serempak
Begitu nyeri, seperti tergerogoti virus RNA yang mulai menyerang kekebalan tubuh.
melemah, lemas dimana-mana.
sesakit inilah raga, ketika baru saja membuka hati penuh luka yang belum seutuhnya mengering tetapi sudah harus tergores lagi yang membuat lukanya membasah kembali-

Rachman, 12 Mei 2016.



-Aku tak pernah berkata, aku lebih baik dari masa lalumu itu,
jelas Ia lebih dominan dari segi apapun jika kau membanding-bandingnya dengan wanita sepertiku
Ia berpenampilan modis dengan pakaian indah dan rambut yang begitu kemilau
sedang aku berpenampilan yang hanya ingin aku tampilkan saja dan begitu seadanya, rambutku pun tak berkilau karena selalu dibasahi keringat yang bercucuran ketika aku dikejar-kejar oleh pekerjaan dan perkuliahanku yang padat.

Tangannya pasti begitu lembut karena tak pernah menyentuh licinnya sabun cuci dan kerasnya sodet saat melakukan kewajiban sebagai seorang wanita.
Iapun pasti memiliki banyak waktu untuk menemanimu mengobrol dari pagi hingga kepagi lagi
dan bisa kau ajak jalan atau sekedar menongkrong kapan saja, karena waktu luangnya yang masih menumpuk, tak memiliki kesibukan segila kesibukanku.

Hidupku selalu dibanjiri lautan kegiatan, kegiatan untuk menata masa depan yang dinanti-nanti oleh kedua orang tuaku
Aku bukan lagi seorang anak perempuan yang berlindung didekapan kedua orang tua.
Aku sudah menjadi wanita yang begitu liar, yang sedang mengkualitaskan diri dan menunggu seseorang untuk menjinakkan keliaran ku ini-

Rachman, 12 Mei 2016.



-Nyeri yang paling nikmat, adalah ketika menjadi seorang figur dalam sebuah hubungan yang sedang dirajut oleh sepasang dua insan
Dua insan yang salah satunya adalah seorang bangsat yang tak pernah bisa merasa puas menjalin cinta hanya pada satu orang wanita,
mengapa hal ini ku bilang nikmat? karena nyatanya akupun terlena-lena oleh sibangsat itu-

Rachman, 12 Mei 2016.




(12 Mei 2016 / 08.08 PM)
Setengah cangkir kopi cappucino kesukaan ayah.
missing you already.


Mungkin, selama saya ada dinegara ini, akan selama itu pula mulut ini akan membungkam rapat-rapat seperti manusia bisu tanpa ada sepatah kata atau selangkah gerakan pun yang saya buat.  

Yang akan saya lakukan mungkin hanya menjalani kegiatan hidup yang biasa dan sewajarnya, menyantap hangat norma-norma yang telah  pemerintah sediakan dan mengikuti segala aturan didalamnya

Ini bukanlah sebab karena rasa takut yang menjelma-jelma, tapi ketahuilah kebenaran tak selamanya dibenarkan pun kesalahan tak selamanya akan dianggap salah. sebeginilah cara menghindarkan jasad saya dari persoalan politik dinegeri sendiri.

Maaf atas ketololan ku pada persoalan politik dinegeri ini...

Selasa, 10 Mei 2016

(11 Mei 2016 / 08.43 AM)
Secangkir kecil kopi cappucino buatan mama.


Mengapa masih saja mendewai keegoisan, yang tak pernah mencoba untuk mengalah dan membiarkan sekali saja ketika berdebat, dimenangkan oleh ku?
Perbuatan mu yang salah, harus pula aku yang menanggung amarahmu yang bergejolak,
katamu akulah dalang dari semua keburukan yang terjadi pada hari yang sedang kau lalui
katamu akulah penyebab kegagalan-kegagalan rencana yang sudah kau tata rapih-rapih
katamu akulah yang membuat kepalamu penat, saat aku hanya mencoba berbagi keluh yang sedang aku rasa
katamu pula akulah alasan mengapa kau bisa berkencan dengan wanita lain dibelakangku, disaat aku begitu setianya mendampingi masa-masa sulitmu.

Kau tahu, aku hanya mencoba untuk membantu dan meringankan beban-beban yang kau pikul seorang diri, karena aku tahu sekuat apapun seorang pria memikul beban hidup, ia akan tetap membutuhkan sosok pendamping untuk membantu serta menguatkan dimasa-masa sulitnya itu.
Tetapi hanya amarah, acuh dan pengabaian yang aku dapat darimu.

Pada saat aku berkata aku menyerah pada hubungan ini, kau selalu menahanku untuk tetap kuat dan sabar menghadapi sikap-sikap burukmu
pada saat aku meminta mu untuk memutuskan hubungan ini, kau selalu saja punya alasan untuk tetap mempertahankan hubungan kita
kau memperlakukan aku seakan-akan aku ini sebuah mainan kesayanganmu yangsudah usang tetapi masih belum bisa kau simpan digudang.

aku hanya dibutuhkan ketika kau bosan memainkan mainan barumu
aku hanya dicari ketika kau lupa menaruh mainan barumu
aku hanya akan benar-benar dibutuhkan ketika mainan barumu rusak atau hilang
beginilah aku, yang tak ada bedanya dengan sebuah mainan seorang anak lelaki yang masih berusia belia, ketika aku dibersamakan denganmu.

Maaf, keputusanku sudah membula...
harus pergi, pergi tanpa membawa kata 'kembali' pada hidupmu, mungkin aku adalah tempat persinggahan yang telah gagal untuk memberikan sebuah kenyamanan untukmu, tapi kau juga tahu, aku tak pernah diam dan selalu mencoba semua hal yang aku bisa sampai terjatuh bangun seorang diri, bertahan saat kau acuhkan.

Aku berharap penuh, kelak akan ada pendatang baru dihidupmu yang bisa merubah tanpa menghilangkan jati dirimu yang sebenarnya.
yang bisa lebih sabar untuk menghadapi kerasnya watakmu dan bisa lebih rela ketika kamu berkata dekat dengan wanita lain dan mengajaknya kencan karena ia lebih bisa memberi banyak waktu untuk memanjakanmu
pun kau akan bisa lebih bahagia menjalani harimu bersamanya nanti.

Perlu untuk kau ketahui, Tuhan hanya menciptakan satu makhluk seperti ku
mungkin pendatang baru akan lebih indah rupanya, tetapi tak ada jaminan ia akan semengerti aku untuk memahami bagaimana kerasnya dirimu.
aku bersumpah aku sungguh muak, jangan lagi menahan-nahan aku agar tak pergi, biarkan aku menjauh dan menghilang, menikmati setiap nyeri yang sudah kau tanam pada raga dan mencari penawarnya dengan hati-hati agar tak menelan penawar yang salah(lagi).


Terimakasih atas segala-galanya, aku pergi dengan hati yang penuh baretan luka ini.
Semoga bahagia selalu menyertaimu...

Minggu, 08 Mei 2016


(08 Mei 2016 / 08.05 PM)
secangkir kecil kopi dengan tambahan air susu.


Rebahkan tubuh bayamu yang letih itu pada ranjang keresahanku
Biarkan aku berbisik hangat didaun telingamu
Melepas dasi yang menyekik dilehermu
Dan perlahan membuka kancing-kancing yang berbaris rapih pada kemeja usangmu

Ku hampiri wajahmu, menatap kedua matamu yang mulai menyayu
Dan menyentuh lembut tipisnya bibirmu
Yang sesekali kugigit manja itu

Kamu memberikan sebuah tatapan penuh cinta saat kulakukan hal itu padamu
Lalu berbalik menjemaah setiap sendi-sendi yang ada pada tubuhku
Begitu terasa bergejolaknya jiwa dan jantung yang terus semakin menggebu-gebu
Desahan terdengar didaun telingaku
Membuat rambut pada kuduk tegap berdiri tanpa malu-malu

Kedua jarum pada jam dinding sudah berpindah pada tiap-tiap angkanya itu
Namun aku belum ingin menyudahi kebersamaan ini denganmu
Karena kamu tahu, ini adalah obat nyeri pada tubuhku
Ketika aku menahan sakitnya rindu menunggu kepulanganmu





*semi mode.
  












Sabtu, 07 Mei 2016

(08 Mei 2016 / 11.19 AM)
Finally, bisa menulis sambil ngopi lagi setelah sibuk ngurus realita hidup.


*Semesta pun tahu, hakikatnya cinta memang membutakan
setidaknya jangan mengarahkan aku pada hal rumit
sebab hati telah dibutakan amat parah oleh perlakuanmu.

Rachman, 02 Mei 2016.


 *Dulu, aku tak pernah ingin menduga-duga
kamu akan mengembalikan apa-apa kenangan yang kamu rangkai bersamanya
karena tahu, pada akhirnya tetap saja tempatmu pulang hanyalah dia, bukan aku.

Rachman, 03 Mei 2016.


*Dipuji akan kecantikan adalah suatu kesenangan hasrat wanita yang mendapatkannya
tapi akan jauh lebih membanggakan ketika dipuji karena kecerdasan dan kemahiran dalam suatu hal
karena sejatinya, menjalani hidup tak bisa hanya dengan keparasan wajah
tidak bergunalah seorang wanita tanpa memiliki pengetahuan dan wawasan pada otaknya.

Rachman, 04 Mei 2016.


*Mungkin pada akhirnya begini, bila masih saja tak menemukan yang faham akan kegilaanku
mungkin semestalah yang akan menjemaah tiap sendi-sendi pada tubuh ini.

Rachman, 05 Mei 2016.


*Dibutuhkan saat menahan rindu, dihempaskan ketika bertemu
selalu seperti itu aku ketika kamu dibersamakan dengannya.

Rachman, 06 Mei 2016.


*Beri aku satu pelukan ketika kamu pergi meninggalkanku
beri aku satu ciuman ketika kita bertemu
berikan aku ribuan doa ketika aku berada jauh darimu.

Rachman, 07 Mei 2016.

















Selasa, 03 Mei 2016


#Ceritakamu01


  Malam sudah mendarat dilangit-langit bumi, membuatnya gemerlap, gulita dimana-mana. Jam yang berada pada palang stasiun kota menunjukan pukul 11 malam, orang-orang yang tadi ramai beriuk-riuk melangkahkan kaki untuk turun dan menaiki kereta kini sudah sepi, begitu sunyi.
Malam ini hujan serempak berjatuhan, membasahi tiap-tiap bagian kota. Diujung stasiun sana ada seorang anak lelaki jalanan, berlari seorang diri sambil membawa-bawa tas kusamnya, mencari tempat untuk berteduh sekaligus mengistirahatkan tubuh.

   Sesampainya didepan kios penjual roti yang sudah tutup, ia mulai menggalarkan beberapa koran yang ia bawa untuk alas tidur dan membuka lipatan sarung yang begitu kusam sebagai selimutnya, tak dihiraukan sudah seperti apa bentuk kusamnya, yang terpenting tubuhnya tak digerogoti angin malam yang dinginnya begitu merasuk ketubuh. Malam ini ia begitu beruntung, karena bulan muncul dan menyedekahi cahaya lembutnya, yang memberi tambahan penerangan setelah lampu-lampu pinggir kota yang tak seberapa terangnya.

   Tanpa bantal empuk dan selimut tebal, ia merebahkan diri, menghadapkan tubuhnya kearah jalan, dingin, dingin yang angin serta hujan beri begitu menerkam malamnya, tetapi tak ia hiraukan. Bunyi yang tercipta dari air hujan yang berdentum menyentuh kasarnya aspal begitu bergemericik seperti alunan nada yang menghantarkan tidurnya. Seperti biasa, bagian rutinitas malamnya, ia selalu melamunkan diri, memejamkan mata dan seraya berkata-kata didalam hatinya :

"Tuhan seperti biasa, aku akan selalu bercerita dan semoga Kau tak akan pernah bosan untuk mendengarnya. Hidupku begitu pilu, tak ada kedua orang tua, keluarga, teman, kasur empuk serta tempat tinggal yang layak dan nyaman. Ketika lapar datang melanda, aku harus bekerja keras terlebih dulu, membanting dan mematahkan tulang-tulangku demi rupiah yang tak seberapa nominalnya, bahkan, mungkin hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi tanpa lauk yang diberi sebungkus teh hangat gratis didalamnya. sekolah hanya untuk menjadi sebuah angan dan kembang tidur setiap malam, jika aku sakit itu adalah ancaman besar dalam hidup, karena aku harus merawat sekaligus mencari biaya untuk sekedar membeli obat-obat ecer warung seorang diri, bahkan untuk tidur saja aku tak pernah merasa tenang terkadang para petugas satpol PP datang secara tiba-tiba, mengusir orang-orang sepertiku karena dianggap sebagai benalu dalam masyarakat, belum lagi menjaga diri dari anjing liar yang bisa datang kapan saja. Beruntungnya mereka yang tidak hidup seperti ku, mereka yang memiliki segalanya, seharusnya mereka akan selalu bersyukur dan bersyukur tiada henti atas apa yang telah Kau beri untuk mereka saat ini. Sejujurnya terkadang aku bercuri-curi merasakan kesedihan, begitu sakit menusuk-nusuk ulu hati, karena keadaanku yang tak seberuntung mereka, aku mencoba untuk tetap tegar, tidak goyah dan selalu memahami keadaan, aku tahu Kau maha adil, mereka beruntung memiliki hidup yang layak dan akupun beruntung karena masih memiliki semangat juang untuk bertahan hidup seorang diri sampai saat ini, aku tak ingin kalah dengan keadaan dan tak akan pernah. tetaplah menjadikan diri mereka seperti itu, dengan diri yang selalu bersyukur serta hati yang baik, damai dan cinta berbagi, Tuhan, karena aku tahu mereka takkan mungkin sanggup untuk menjalani hidup seperti ku meskipun itu hanya beberapa jam bahkan beberapa menit saja. Dan keberuntungan ku yang kedua adalah, beruntung karena sekarang sudah terbiasa menjalani hidup sulit seperti ini bahkan bisa menikmatinya"

  Iapun terlelap ditengah-tengah cerita yang sedang ia curahkan pada Tuhan, tak bisa dibayangkan betapa kuatnya ia menghadapi hidup seorang diri, melawan kerasnya dunia luar, angin malam dan hujan yang terus menghantam tubuh bayanya,

 ##Saat kamu berpikir hidup kamu gak adil, lihatlah kebawah dan putar ulanglah perkataanmu itu, Ada banyak sekali orang yang menginginkan hidupnya selayak kamu, dan pengen milikin apa yang kamu punya sekarang. soal masalah yang datang menerpa itu hakikatnya adalah bagian skenario Tuhan agar hidup begitu menakjubkan untuk dilalui, selama kamu hidup selama itu juga kamu akan melalui masalah demi masalah yang bakal menyapa, aku tau ini sulit, pedih dan membuat patah semangat tapi lihatlah disekeliling mu, ada banyak orang-orang yang akan selalu memberi semangat saat kamu berkata udah gak sanggup lagi buat laluin hidup, sekalipun ga ada yang kasih semangat dan gak ada yang faham begitu sakitnya hidup yang kamu jalanin sekarang, ingatlah kamu masih punya Tuhan, berdoalah menangislah dihadapNya....
berjuang menjalani hidup seorang diri itu memang sangatlah pedih, bahkan Skala Nyeri pun tak mampu menghitung berapa sakit yang akan dirasakan tubuh, hati dan pikiran, ketiganya sinkron merasakan nyeri dan pedih yang begitu mendalam, tak ada larangan untuk kamu menangiskan diri, menangislah selama dan semampu yang kamu bisa... tetapi jangan terhanyut didalamnya, jika sudah cukup puas mengeluarkan bulir tetesan demi tetesan air mata, mulailah menegapkan wajah lagi, kamu harus memperjuangkan hidupmu, karena hidup ini terus berjalan, meskipun tak ada yang membantu dan memberi semangat, kamu harus tetap kuat dan terus berdoa tanpa putus. Dan dimasa sulitmu ini, suatu keharusan untuk bisa membantu dan memberi orang lain semangat, jangan menjadi seseorang yang mendewa-dewai keegoisan, yang berfikir, saat kamu susah oranglain pun harus ikut susah.

Berjuanglah dari kesulitan ini, ingatlah ada banyak orang yang menanti kesuksesanmu, jadikan diri berkualitas untuk sesama, kamu layak bahagia, kamu layak hidup dengan adil dibumi yang kita tempati bersama ini, sebelum Tuhan memanggil kita untuk kembali kepadaNya.


You are strong as you see, berjuanglah,,,





Minggu, 01 Mei 2016

(01 Mei 2016 / 11.29 AM)
Tak ada secangkir kopi ataupun camilan
aku sedang butuh sesosok wujud yang orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'kamu'


Sejatinya, aku membutuhkan tiap-tiap yang ada pada tubuhmu

Aku membutuhkan matamu
untuk memperhatikan setiap hal yang aku lakukan
lalu menegur jika aku melakukan langkah yang salah

Aku membutuhkan telingamu
untuk mendengar keluh dan gerutukanku tentang hidup yang begitu berat
karna kupikul seorang diri

Aku membutuhkan bibirmu
untuk memberi titahan-titahan baik tentang hidup
mendoakan dikala aku berada jauh darimu
dan memberikan sebuah ciuman hangat sebagai tanda
aku adalah seorang wanita yang selalu kamu sayangi

Aku membutuhkan kedua lengan dan jemari-jemarimu
untuk menuntun dan memegang erat-erat jemariku
ketika aku berkata sudah tak sanggup lagi untuk melangkah

Aku membutuhkan pundakmu
untuk tempat dimana aku bersandar ketika kelelahan
menjalani segudang kegiatan yang mengeroyoki tubuhku

Aku membutuhkan dada bidangmu
untuk bersembunyi disaat air mata berjatuhan membasahi wajah
karena tak ingin diketahui seseorang atau kamu, sebab tak ingin terlihat lemah

Aku membutuhkan kedua kakimu
untuk membantu melangkahkan diri lebih jauh lagi
ketika aku merasa tak bisa lebih dari ini dan telah kalah dengan keadaan

Maka, ketahuilah betapa berartinya kamu saat sudah berada disisi kekosonganku
Aku begitu lemah, aku membutuhkan kamu...